MAKALAH
PENDIDIKAN
AKHLAQ :
DEFINISI, TUJUAN
DAN MANFAAT ILMU AKHLAQ
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada
Mata Kuliah
Pendidikan
Akhlaq
Dosen : Yudi Kuswandi, S.Pdi, M.Ag.
Disusun Oleh :
Ferdiansyah
Ima Surahmawati
Mustasir
Nuraeni
Ujang Suhaya
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SILIWANGI BANDUNG
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji dan puncak kekaguman serta keagungan
hanya tertuju kepada Allah SWT. Sudah tak terhitung nikmat Allah SWT yang telah dianugerahkan oleh-NYA kepada kita, mulai dari nikmat
bernafas hingga kita merasakan betapa berharganya bernafas itu (sakit).
Lantunan sholawat dan seruan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada makhluk agung termasyhur, Manusia
Pilihan-NYA. Dialah Rasulullah SAW.
Atas pertolongan dan
kasih sayang-NYA-lah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata
kuliah
Pendidikan Akhlak atas segala kerelaannya, kepada teman-teman seperjuangan, dan
terlebih kepada semua sumber materi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas pada Mata Kuliah Pendidikan Akhlaq.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan dan menyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, masih
banyak kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para
pembaca, dosen pemerhati, dan semua kalangan untuk dapat memberikan kritik dan
masukan-masukan positif yang membangun untuk kesempurnaan kedepannya.
Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pemerhati, dan semua kalangan
yang bersangkutan. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan akhlaq adalah jiwa dari pendidikan islam dan mencapai suatu akhlaq yang sempurna
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan sebagaimana diutusnya Rasulullah
Muhammad SAW sebagai penyempurna Akhlaq. Allah telah menganugerahkan akal
pikiran kepada manusia sebagai suatu penghormatan, membebaninya dengan
kewajiban hukum dan memberinya kebebasan memilih antara mengerjakan atau
meninggalkan perintah Allah di bawah kendali akal pikirannya. Sedangkan pada
diri manusia itu sebenarnya telah dibekali oleh Allah suatu alat penyaring
(filter) yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akhlaq
sangatlah urgen bagi manusia.
Urgensi akhlaq ini tidak saja dirasakan oleh
manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga
dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau
bernegara. Akhlaq adalah mustika hidup yang membedakan makhluk manusia dari
makhluk hewani. Manusia tanpa akhlaq adalah manusia yang telah “membinatang”
dan sangat berbahaya. Manusia akan lebih jahat dan lebih buas daripada binatang
buas sendiri. Akhlaq telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan
ini akan kacau balau, masyarakat menjadi berantakan. Begitu banyaknya hal yang
dapat menyebabkan kemerosotan akhlaq (dekadensi moral) yang dapat menimbulkan
akhlaq buruk atau perilaku tercela. Oleh karena itu kita sebagai manusia
berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai akhlaq yang baik. Salah satunya
dengan mengkaji Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karena sumber daripada pendidikan akhlaq adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi SAW:
Artinya: “Dari Anas Bin Malik berkata:
Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang
apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab
Allah dan Sunah RasulNya”.
B. Rumusan
Masalah
1. Definisi akhlak secara etimologi dan
terminologi.
2. Tujuan dan Manfaat mempelajari Ilmu akhlaq
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi akhlaq secara
etimologi dan terminologi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat
mempelajari ilmu akhlaq.
3. Untuk mampu merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN
AKHLAQ
A.
Pengertian dan Definisi Akhlaq
1.
Pengertian
Akhlaq dari tinjauan Para Ulama
Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang sudah di Indonesiakan; yang
juga diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan. Kata “Akhlaq” adalah
jama’ taksir dari kata “Khuluqun” yang merupakan jama’ taksir yang tetap, atau
tidak dapat diubah-ubah bentuknya dengan jama’taksir yang lain. Seperti halnya
“ A’naaqun dari kata ‘Unuqun yang berarti leher, Ashlaabun jama’ taksir dari
kata Shulbun yang artinya tulang punggung atau tulang belakang.
Para Ulama Ilmu Akhlaq merumuskan definisinya dengan berbeda-beda
tinjauan yang di kemukakannya, antara lain:
a. Al-Qurtuby mengatakan :
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari
adab-kesopanannya disebut akhlaq, karena perbuatan itu termasuk bagian dari
kejadiannya.
b.
Muhammad
bin ‘illan Al-Sadiqy mengatakan:
Akhlaq adalah suatu pembawaan pada diri
manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa
dorongan dari orang lain).
c.
Ibnu
Maskawih mengatakan:
Akhlaq adalah keadaan jiwa yang selalu
mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama).
d.
Abu
Bakar Jabir Al-Jaziri mengatakan:
Akhlaq adalah bentuk kejiwaan yang tertanam
dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan
tercela dengan cara yang disengaja.
e.
Imam
Al-Ghazali mengatakan:
Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan;
tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut
melahirkan suatu tindakan yang terpuji mennurut ketentuan akal dan norma agama,
dinamakan akhlaq yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat,
maka dinamakan akhlaq yang buruk.
2.
Definisi
akhlaq
Secara etimologis, kata
akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk
jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Sinonim dari kata
akhlak ini adalah etika dan moral.
Benarlah bahwa manusia itu merupakan makhluk
dua dimensi sebab Allah sebagai khaliq menciptakan manusia sebagai
makhluq dengan dilengkapai dengan dua aspek penting, yakni aspek kholqun
sebagai sisi fisik, yakni sesuatu yang nampak dan dapat dinilai dengan panca indera kita, sebagai contoh,
kita mengatakan Fatimah ber khalq baik, itu artinya kita mengatakan
Fatimah adalah orang yang berpenampilan lahiriah baik atau rupawan dan aspek khuluqun
sebagai aspek non-fisik, yakni sesuatu yang tidak bisa kita nilai dengan
menggunakan panca indera kita. Sebagai contoh ketika kita mengatakan bahwa Ali
itu berkhulq baik, itu berarti kita mengatakan kalau Ali merupakan orang
dengan karakter batin yang baik.
Dalam bahasa Indonesia akhlaq setara dengan
budi pekerti, dimana budi pekerti itu berasal dari kata majemuk yakni ‘budi’
yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti kesadaran atau menyadarkan dan
‘pekerti’ yang berasal dari bahasa Indonesia yang berarti kelakuan, yang dalam
bahasa yunani sepadan dengan etika yang berasal dari kata ethos yang
berarti kebiasaan.
Jadi, akhlaq itu adalah perilaku yang
dilakukan atas dasar kesadaran.
Secara terminologi, ada beberapa definisi
yang dikemukakan oleh pakar dengan redaksi yang sedikit berbeda akan tetapi
memiliki maksud yang hampir sama, atau bahkan sama.
a.
Ibn
Miskawaih
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih
dahulu).
b.
Imam
Ghazali
“Akhlaq adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa
yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran (terlebih dahulu) (Rahmat Djatnika, 1996: 27).
c.
Prof.
Dr. Ahmad Amin
“Akhlaq merupakan kehendak yang
dibiasakan. Artinya kehendak itu ketika membiasakan sesuatu, kebiasaan tersebut
dinamakan akhlaq.
Ketika melihat definisi yang dibawakan oleh
Ahmad amin, teringat pada
Ibrahim Elfiky dalam buku terapi berpikir positif mengutip perkataan
dari Aristoteles: “kamu adalah apa yang kamu lakukan berulang-ulang”.
Hal ini menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan
secara berulang akan berubah menjadi akhlaq, baik atau pun buruk, mungkin dari
sinilah muncul istilah akhlaq baik dan akhlaq buruk. Contohnya: untuk pertama
kalinya orang yang kikir memberikan sesuatu yang dia miliki akan terasa sangat
berat, akan tetapi jika perbuatan memberi itu diulang-ulang maka pada satu
titik perbuatan memberi itu akan menjadi bagian darinya. karena akhlaq
merupakan sesuatu yang dibiasakan, akhlaq berkaitan erat dengan tarbiyyah atau
pembinaan jiwa. Akhlaq
merupakan produk, Akhlaq yang kita miliki berhubungan erat dengan pembinaan
yang kita lakukan kepada diri kita, jika pembinaannya baik, maka akhlaq kita
baik dan sebaliknya.
Input
(Pembinaan)
|
Output
(Akhlaq)
|
Baik
|
Baik
|
Buruk
|
Buruk
|
Manusia merupakan sebaik-baiknya ciptaan
Allah, sebagai mana yang dikatakan dalam Surah At-Tin:4 “bahwa sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dari sebaik-baiknya bentuk” . mungkin
penjelasan dari Al Ghazali yang mengenai level penciptaan akan membantu
menjelaskan ayat diatas:
Makhluk
|
Akal
|
Syahwat
|
Malaikat
|
-
|
|
Hewan
|
-
|
|
Manusia
|
Karena manusia memiliki dua aspek sekaligus
yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka
salah satu dari keduanya akan mengungkung manusia. Manusia yang terkungkung
oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan,
dan sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi
lebih mulia dari malaikat.
Dari sana kita bisa melihat kaitan erat
antara akhlaq dengan akal. Akal berfungsi sebagai timbangan baik buruknya
sebuah perbuatan dan tentu saja sebagai fitrahnya manusia akan lebih cenderung
pada hal yang baik-baik, namun kemudian pembinaan kita terhadapa apa yang kita
cenderungi akan lebih mempengaruhi bagaimana akhlaq kita, oleh sebab itu
pembinaan dan pengarahan yang baik menjadi penting untuk baik buruknya akhlaq
kita. Selain dibekali oleh akal, manusia juga dibekali dengan sesuatu yang
bernama kebebasan (free will) atau kehendak bebas, oleh sebab itu manusia bisa
memilih sesuka kehendaknya apa yang akan dia lakukan dengan alasan yang logis.
Orang yang memilih melakukan perbuatan baik, artinya ia memiliki alasan logis
atas pilihannya sebab dia sudah memperkirakan efek buruk dari perbuatan tidak
baik jika ia melakukannya.
Dari beberapa definisi diatas kita bisa
mengambil kesimpulan bahwa akhlaq merupakan perbuatan yang dilakukan secara
spontan sebagai akibat dari perbuatan tersebut dilakukan secara berulang serta
dilakukan dengan kesadaran serta tanpa paksaan dari luar diri.
B.
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq
Sebagai makhluk sosial manusia yang dalam
kehidupan kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesamanya sudah barang tentu
membutuhkan sebuah tatacara atau cara berkomunikasi dengan baik supaya hubungan
yang terjalin menjadi hubungan yang harmonis, tidak merugikan orang lain dan
diri sendiri dan inilah tujuan dari keberadaan akhlaq.
Seperti sempat disinggung diatas, bahwa
manusia merupakan makhluk terbaik ciptaan Allah SWT terdapat dalam surah At-Tin, tentunya ia
memiliki ciri khas tertentu yang kemudian akan membedakannya dengan makhluk
lain yang Allah ciptakan. Manusia sangat khas dengan akal yang dimilikinya sampai rosulullah pernah bersabda ”sesungguhya seluruh kebaikan itu dapat
dikenali dengan akal”, karena kemudian akal ini akan digunakan oleh manusia
sebagai alat timbangan/ penimbang untuk melakukan sebuah perbuatan. Tujuan inti
dari akhlak adalah untuk membentuk kehidupan yang harmonis antar sesama
manusia.
Sebagian manfaat dan tujuan
dari mempelajari
ilmu akhlaq adalah untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan,
memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur
adab pergaulan berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari
mempelajari ilmu akhlak akan dipaparkan lebih detail di bawah ini :
1. Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat
kehidupan manusia
Orang yang beriman dan berilmu (termasuk di
dalamnya adalah ilmu akhlaq), akan lebih utama daripada orang yang tidak
beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu akhlaq, seseorang akan lebih sadar mana yang baik
dan mana yang tidak baik, mana yang mengantarkan kepada kebahagiaan dan mana
yang menjerumuskan kepada kesesatan dan kesengsaraan untuk dirinya. Dengan
demikian seseorang akan selalu berusaha untuk bisa memilih dan melakukan
kebaikan atas petunjuk Allah dan memperoleh keridloan Allah swt. sehingga bisa
menjauhkan diri dari hal-hal yang tersela dan dimurkai oleh Allah swt.
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AL-Mujadalah :
11)
2. Ilmu Akhlaq menuntun kepada kebaikan
Ilmu akhlaq merupakan pendorong dan pemicu
yang dapat mempengaruhi diri seseorang untuk membentuk hati yang suci baik
lahir dan batin yang akan berguna bagi sesama manusia ataupun makhluk yang
lain. Dengan ilmu akhlaq manusia akan ditunjukkan dan diajarkan cara-cara
membentuk pribadi yang mulia, menuntun kepada akhlak yang baik dan terpuji
sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an:
Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4)
Dan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW.
Artinya : Rasulullah saw adalah seorang
manusia yang paling baik akhlaknya. (HR. Bukhari-Muslim)
Ayat dan dalil hadits tersebut di atas
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw telah memperoleh pengetahuan tentang akhlaq
dari al Qur'an, kemudian beliau melaksanakannya sehingga beliau menjadi manusia
yang berakhlak mulia.
3. Ilmu Akhlaq akan menyempurnakan Iman
Akhlak mulia adalah meripakan manifestasi
dari kesempurnaan iman seseorang. Sebagaimana dalil hadits
Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaqnya. (HR.
Tirmidzi).
Dalam keterangan hadits diatas menjelaskan bahwa orang yang sempurna
imannya adalah orang yang baik akhlaqnya.
4. Memperoleh
keutamaan dihari kemudian
Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari
ilmu akhlak adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak
yang mulia, maka akan memperoleh derajat yang terhormat di akhir nanti..
Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw. :
Artinya : Tiada sesuatu yang lebih berat timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan Allah sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya. (H.RTirmidzi).
Artinya : Tiada sesuatu yang lebih berat timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan Allah sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya. (H.RTirmidzi).
5.
Memenuhi hajat pokok keluarga
Akhlak juga merupakan kebutuhan pokok dalam
kehidupan spiritual sebagaimana kebutuhan pokok yang lain, seperti kebutuhan
makanan, minuman, tempat tinggal dan kebutuhan pokok yang lain. Maka akhlak merupakan faktor yang penting
dalam membina dan menegakkan kehidupan keluarga yang sejahtera lahir dan batin.
Sebuah keluarga yang tidak terbina dengan
baik akhlaknya dengan akhlak yang baik, maka tidak akan merasakan kehidupan
yang bahagia, karena akan dijauhkan dari pengaruh atau pergaulan orang banyak.
Akhlak yang mulia dan baik itulah yang akan menjamin keharmonisan hidup dalam
rumah tangga, menjalin cinta kasih semua pihak. Dan dengan akhlak yang mulia dapat dijadikan sebagai
benteng apabila datang malapetaka yang melanda kehidupan dalam rumah tangga.
6. Membina kerukunan hidup bertetangga.
Dengan mempelajari ilmu akhlak mempunyai
tujuan dan manfaat dapat membina kerukunan hidup bertetangga. Dalam kehidupan
bertetangga., diperlukan budi pekerti atau akhlak yang baik, mulia dan luhur. Sebab
kerukunan hidup antara tetangga itu hanya akan terjadi apabila setiap orang
saling hormat-menghormati, tolong-menolong, dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang merugikan tetangga.
Sabda Nabi Muhammad SAW. Artinya : Tidak akan
masuk surga, orang yang membuat tetangganya
tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Bukhari-Muslim).
7. Membina remaja
Dari dulu hingga sekarang banyak sekali
masalah kenakalan-kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat narkotika, minuman
keras, narkotika, perkelahian, dan lain sebagainya. Hal ini adalah disebabkan
karena kurangnya atau tidak terbinanya akhlak di kalangan remaja.
Pada umumnya remaja-remaja yang terlibat
berbagai kenakalan-kenakalan remaja adalah remaja yang tidak mengenal akhlak
yang baik, mulia dan luhur. Sebaliknya para remaja yang berprestasi, sopan
santun dan berhasil mencapai cita-cita mereka adalah dikarenakan tercapai
tujuan dan manfaat dari akhlak yang mulia dan luhur budi pekertinya. Hal yang demikian tentunya karena
adanya pembinaan akhlak yang baik di kalangan remaja dalam hal sopan santun,
bertata krama dan lain sebagainya.
8. Membina pergaulan umum
Tujuan dan manfaat ilmu akhlak adalah untuk
membina pergaulan umum. Akhlak menempati posisi dan peranan yang penting dalam
kehidupan dan tata pergaulan umum. Salah satu contoh dapat dikemukakan : setiap
orang yang dapat diterima sebagai karyawan atau pekerja baik dalam perusahaan
swasta ataupun pemerintah adalah mereka yang dapat menunjukkan surat keterangan
yang menyatakan bahwa mereka berkelakuan baik atau dalam istilah sekarang
adalah SKCK (Surat keterangan cakap kelakuan). Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan
dari pergaulan umum. Dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang
baik, mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan
banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan
siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh
rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
9. Mensukseskan pembangunan negara
Tujuan dan manfaat selanjutnya mempelajari
ahklak adalah dapat mensukseskan pemabangunan negara. Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan
bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan
akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga
pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik. Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan
warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata,
dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil
baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam
gubahan syairnya :
Artinya : suatu bangsa dikenal (jaya) karena
akhlaknya. Bila akhlaknya rusak, maka rusaklah bangsa itu."
Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau
kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak
mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya
maka rendahlah (hancurlah) nama suatu bangsa.
10. Menciptakan keakraban hidup antar bangsa
dan negara
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan manfaatnya
adalah dapat menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara di dunia. Apabila para pemimpin dunia berakhlaq baik, mulia dan bijaksana, niscaya
masyarakat dunia akan merasakan kebahagiaan dan perdamaian. Namun sebaliknya,
apabila pemimpin dunia itu rusak akhlaqnya, maka akan besar sekali kemungkinannya dimana-mana
akan terjadi peperangan yang tentunya akan membawa banyak korban baik harta
maupun jiwa.
Apabila akhlaq mulia ini tidak dimiliki oleh
para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan
membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian
ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab
akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.
Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam
Al-Qur'an yang artinya
: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)
Dengan demikian jelaslah bahwa kehidupan di
dunia ini tidak dapat dilepaskan dari akhlak para pemimpinnya. Apabila dunia
ini dipimpin oleh orang yang berakhlak mulia, maka roda perjalanan kehidupan
dunia ini akan aman, sejahtera dan sentosa.
Itulah beberapa tujuan dan manfaat
mempelajari ilmu akhlak yang bersumber dari Kitabullah al-Qur'an dan dalil
hadits Nabi Muhammad saw. Semoga kita semua dikarunia Allah menjadi hamba Allah
yang terbaik, berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur dan mulia. Amiin
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara etimologis, kata
akhlak berasal dari bahasa Arab alakhlaq yang merupakan bentuk
jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Sinonim dari kata
akhlak ini adalah etika dan moral.
Secara
terminologi, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar dengan redaksi
yang sedikit berbeda akan tetapi memiliki maksud yang hampir sama, atau bahkan
sama.
1.
Ibn Maskawaih
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih
dahulu).
2.
Imam
Ghazali
“Akhlaq adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa
yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)
3.
Prof.
Dr. Ahmad Amin
“Akhlaq
merupakan kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu ketika
membiasakan sesuatu, kebiasaan tersebut dinamakan akhlaq.
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq:
1.
Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan
manusia
2.
Ilmu Akhlaq menuntun kepada kebaikan
3.
Ilmu Akhlaq akan menyempurnakan Iman
4.
Memperoleh
keutamaan dihari kemudian
5.
Memenuhi
hajat pokok keluarga
6.
Membina kerukunan hidup bertetangga.
7.
Membina remaja
8.
Membina pergaulan umum
9.
Mensukseskan
pembangunan negara
10.
Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara
B.
SARAN
Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan
kemerosotan akhlaq (dekadensi moral) yang dapat menimbulkan akhlaq buruk atau
perilaku tercela. Oleh karena itu kita sebagai manusia berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai akhlaq yang baik. Salah satunya dengan mengkaji
Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sumber
daripada pendidikan akhlaq adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kita harus mengetahui akhlaq baik dan buruk sesuai dengan yang
kita pahami. Juga harus mengamalkan akhlaq baik dalam penerapan kehidupan sehari hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2015.
Ulum Al-Qur’an. Bandung, CV. PUSTAKA SETIA.
Djatnika,
Rachmat. 1985.Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia). Surabaya,
Pustaka Islami.
http://zhebaulil.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-manfaat-mempelajari.html, diakses pada Senin, tanggal 14 Maret 2016.
Mahjudin.2009.
Akhlak Tasawuf I. Jakarta, Kalam Mulia.
Ya’kub Hamzah. Etika Islam.
Bandung, Diponegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar