MAKALAH
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI:
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Dosen : Atep Iman, M.Pd.
Disusun
Oleh :
Denis
Hendriyana
Hidayatulloh
Ima
Surahmawati
Jaka
Sumirat
Mia
Damayanti
M. Fajar
Riyadhi
M. Syamsul
Arifin
Mursyidan
L. Anshari
Mustasir
FAKULTAS
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SILIWANGI BANDUNG
2015/2016
A.
Pengertian E-learning
E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan
cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik
khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning merupakan
dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. E-learning
dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik
(internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal
misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan
tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati
pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri).
Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan
oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh
universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang
memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning
bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut
biaya).
Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian
e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
1. Jaya Kumar C. Koran (2002)
E-learning
sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan.
2. Dong (dalam Kamarga, 2002)
E-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer
yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Rosenberg (2001)
Menekankan
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
4. Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
E-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan
komputer lain.
5. LearnFrame.Com dalam Glossary of
eLearning Terms [Glossary, 2001]
E-learning
adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer
standalone.
6. (Michael, 2013:27).
Pembelajaran yang disusun dengan
tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung
proses pembelajaran
7. (Chandrawati, 2010).
Proses pembelajaran jarak jauh
dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi.
8. (Ardiansyah, 2013).
Sistem pembelajaran yang digunakan
sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus
bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa.
B.
Karakteristik E-learning
1. Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer
(digital media dan komputer networks)
3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat
mandiri (self learning materials) kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat
diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran,
kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
C.
Manfaat E-learning
Manfaat E-learning adalah:
1. Fleksibel. E-learning memberi
fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses perjalanan.
2. Belajar Mandiri. E-learning memberi
kesempatan bagi pembelajar secara mandiri memegang kendali atas keberhasilan
belajar.
3. Efisiensi Biaya. E-learning memberi
efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara, efisiensi penyediaan sarana
dan fasilitas fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi pembelajar adalah
biaya transportasi dan akomodasi.
Manfaat E-learning menurut Pranoto, dkk (2009:309) adalah:
1. Penggunaan E-learning untuk
menunjang pelaksanaan proses belajar dapat meningkatkan daya serap
mahasiswa atas materi yang diajarkan.
2. Meningkatkan partisipasi aktif dari
mahasiswa.
3. Meningkatkan partisipasi aktif dari
mahasiswa.
4. Meningkatkan kemampuan belajar
mandiri mahasiswa.
5. Meningkatkan kualitas materi
pendidik dan pelatihan.
6. Meningkatkan kemampuan menampilkan
informasi dengan perangkat teknologi informasi, dimana dengan perangkat biasa
sulit dilakukan.
Manfaat
e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1.
Meningkatkan
kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat,
pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik
antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity).
Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di
dalam diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional,
kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi
atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga
cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani.
Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik.
Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai
peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman
sekelas.
2.
Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah
dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui
internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar
ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan.
Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan
guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan
waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada
pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah
memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di
Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan
pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT
masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial
elektronik”.
3.
Menjangkau
peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat,
maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak
lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang
dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet.
Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang
membutuhkan.
4.
Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as
well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi
internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu
mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan
penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula
dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas
hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan untuk
pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh
instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga
dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari
instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya
dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didiknya.
E-learning mempermudah interaksi antara
peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara
peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai
hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta
didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di
dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan,
guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat
diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.
D.
Kelebihan E-learning
Kelebihan E-learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas,
kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media
(Sujana, 2005 : 253 ). Menurut L. Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak
kelebihan yaitu :
1. Lebih mudah diserap, artinya
menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara,
video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya,
artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja,
bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak
banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai
kebutuhan.
4. Tersedia 24 jam/hari – 7
hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap
siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
E.
Kekurangan E-learning
Kekurangan E-learning menurut L. Gavrilova (2006:354) adalah pembelajaran
dengan model E-learning membutuhkan peralatan tambahan yang lebih (seperti
komputer, monitor, keyboard, dsb).
Kekurangan E-learning yang diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai berikut
:
1. Kurangnya interaksi antara pengajar
dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek
akademik atau aspek sosial dan sebaliknya membuat tumbuhnya aspek
bisnis/komersial.
3. Proses belajar mengajar cenderung ke
arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pengajar dari yang
semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut
mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (information,
communication, dan technology).
5. Tidak semua tempat tersedia
fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya
listrik, telepon, ataupun komputer).
6. Kurangnya sumber daya manusia yang
menguasai internet.
7. Kurangnya penguasaan bahasa
komputer.
8. Akses pada komputer yang memadai
dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik.
9. Peserta didik bisa frustasi jika
mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video karena peralatan yang
tidak memadai.
F. Komponen e-learning
Komponen yang membentuk e-learning
(Romisatriawahono, 2008) adalah:
a. Infrastruktur
e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan
peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer
((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan
komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch,
router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media
komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan dari
Interconnection Networking yang diartikan sebagai komputer-komputer yang
terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan perlengkapan multimedia
(alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri
dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi
(Febrian, 2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan
jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda
secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan synchronous
learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar
sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.
b. Sistem
dan aplikasi e-learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang
sering disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem
perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional
untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas
dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)),
misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar
mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum
diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya
terakses dengan internet.
c. Konten
e-learning
Konten e-learning merupakan konten dan
bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning Management System). Konten
dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten
berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau
Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada
di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning
Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun
dan dimana pun.
Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam
pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar
konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa
(mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola
administrasi dan proses belajar mengajar.
G. Filosofis
e-learning
Menurut Cisco (dalam Suyanto,2005) ada
beberapa filosofis dari e-learning, yaitu:
1. E-learning
merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara
on-line.
2. E-learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM,
dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalosasi.
3. E-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan
teknologi pendidikan.
4. Kapasitas siswa
amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Semakin
baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih
baik.
Daftar Pustaka
Allen, Michael. 2013. Michael Allen’s
Guide to E-learning. Canada : John Wiley & Sons.
Chandrawati, Sri Rahayu. 2010.
Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran. No 2 Vol. 8.http://jurnal.untan.ac.id/
Febrian, J. (2004). Kamus komputer
dan teknologi informasi. Jakarta: Penerbit Informatika.
Hartanto, A. A., & Purbo, O. W.
(2002). Buku pintar
internet teknologi e-learning berbasis PHP dan MySQL. Jakarta:
Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
L. Gavrilova, Marina. 2006.
Computational Science and Its Applications - ICCSA 2006: 6th International
Conference. Glasgow, UK: Springer.
L. Tjokro, Sutanto. 2009. Presentasi
yang Mencekam. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nursalam dan Ferry Efendi. 2008.
Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pranoto, Alvini.dkk. 2009. Sains dan
Teknologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sujana, Janti Gristinawati dan Yuyu
Yulia. 2005. Perkembangan Perpustakaan di Indonesia. Bogor: IPB Press.
Tafiardi, Drs. (2005). Meningkatkan
mutu pendidikan melalui e-learning. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/
Th.IV.
karakteristik e-learning sumber nya harusnya Nursalam dan Ferry (2008), karena dari daftar pustaka nama penulis dua bukan hanya Nursalam saja
BalasHapus